Ekspor Kakao Aman di Tengah Resesi, Dirjen: Stres Banyak yang Minum Cokelat

Ilustrasi memetik buah kakao (Pixabay)

Editor: Yoyok - Minggu, 13 November 2022 | 16:00 WIB

Sariagri - Pemerintah tetap optimistis ekspor bahan baku cokelat , kakao, tetap aman di tengah ancaman resesi. Sebab, penduduk negara yang berpotensi resesi itu, terutama di Eropa, terbiasa minum cokelat . 

“Beda sekali pola konsumsi cokelat  dengan produk lain. Kalau orang stres, ia akan banyak mengkonsumsi cokelat  sehingga kita tidak khawatir dengan pertumbuhan ekspornya,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika saat Peringatan Hari Kakao Indonesia 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia menyebut sebanyak 85 persen produk kakao intermediate diekspor ke 96 negara atau volumenya mencapai 319,43 ribu ton dengan nilai mencapai 1,08 miliar dolar AS.

Kegiatan promosi terkait produk kakao Indonesia berkualitas tinggi pun akan terus dilakukan.

“Mudah-mudahan ini akan meningkatkan konsumsinya. Kita akan terus melakukan sosialisasi kemampuan Indonesia menghasilkan cokelat berkualitas,” ucapnya.

Beberapa waktu lalu, laman Asosiasi Keluarga Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, akg.fkm.ui.ac.id menayangkan artikel “Mitos Atau Fakta Cokelat Dapat Meredakan Stres”. 

Artikel itu mengutip International Journal of Health Sciences yang menyatakan konsumsi harian 40 gram dark chocolate selama dua minggu terbukti mengurangi kadar hormon stres pada orang yang mengalami stres berat. 

Para peneliti menyimpulkan bahwa asupan dark chocolate yang dikonsumsi dapat membuat respons tubuh terhadap sinyal stres di otak menjadi tumpul. Hal tersebut terjadi akibat padatan kakao, bukan dari sifat manis cokelat. “Selain itu, Macht menyatakan bahwa mengonsumsi sebatang cokelat dapat meningkatkan suasana hati dan menimbulkan kegembiraan lebih besar daripada mengonsumsi sebuah apel, tetapi efek ini paling terasa pada 5 menit dan 30 menit setelah dikonsumsi,” kutip artikel itu.

Adapun pasar ekspor masih menjadi fokus utama industri kakao intermediate, sementara konsumsi dalam negeri diyakini akan terus bertumbuh seiring dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.

“Ini sudah kita siapkan untuk memenuhi peningkatan permintaan karena Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia. Dari sisi produksi, kita sudah melakukan penguatan-penguatan dengan berbagai model pengembangan,” katanya.

Baca Juga: Ekspor Kakao Aman di Tengah Resesi, Dirjen: Stres Banyak yang Minum Cokelat
Dua IKM Purbalingga Raih Sertifikat HACCP Untuk Permudah Ekspor

Pemerintah juga terus membuka investasi pada industri kakao dengan memberikan insentif, terutama untuk meningkatkan produksi dan utilisasi setiap pabrik yang saat ini rata-rata baru mencapai 54 persen.

“Jadi ruang produksi masih besar, pasarnya juga terbuka. Sehingga kita coba ngobrol dengan Kementerian Pertanian juga untuk meningkatkan bahan baku guna memenuhi kebutuhan,” ucapnya.