Pekarangan Rumah Bisa Menyelamatkan Keluarga Saat Pandemi Covid-19

Inspirasi Berkebun di Lahan Sempit

Editor: M Kautsar - Minggu, 14 Juni 2020 | 19:32 WIB

SariAgri - Guru Besar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Hadi Susilo Arifin menegaskan pentingnya pekarangan rumah saat pandemi Covid-19. Dia menyebut, pekarangan rumah bisa menjadi penyedia makanan sehat dan obat-obatan bagi keluarga.

Selain murah dan sehat kegiatan menanam di pekarangan juga bisa menjadi opsi kegiatan selama work from home (WFH).

“Pekarangan bisa dimanfaatkan untuk menanam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga. Bahan makanan yang ditanam sendiri lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi. Selain itu pekarangan juga bisa difungsikan sebagai apotek hidup," kata Hadi.

Hadi mengatakan, masyarakat mengenal tanaman obat keluarga (toga). budidaya tanaman ini dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal.

Setiap keluarga dapat membudidayakan obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.

Sementara itu, dilaporkan laman resmi ipb University, Walikota Bogor, Bima Arya, mengatakan, pemerintah Kota Bogor ingin menghidupkan urban farming. Pihaknya ingin mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan di rumah masing-masing terkhusus menanam di pekarangan rumah.

Baca Juga: Pekarangan Rumah Bisa Menyelamatkan Keluarga Saat Pandemi Covid-19
Dosen IPB University: Minyak Kayu Putih Berpotensi Cegah Covid-19

Kegiatan ini akan menggandeng banyak pihak salah satunya Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di masyarakat.

“Kegiatan urban farming ini diharapkan memberikan inspirasi untuk warga. Potensi Toga untuk kesehatan kian meningkat kebutuhanya. Selain itu besar harapan kami, kegiatan ini mampu menghidupkan perekonomian, meningkatkan pendapatan warga dengan produk yang sehat dan menyehatkan,” kata Bima Arya.

Bima Arya juga menambahkan bahwa kunci utama menang melawan pandemi adalah kolaborasi. "Pemerintah tidak bisa sendiri, kami perlu dibantu oleh balai besar dan penyuluh pertanian untuk implementasi program. Saat lahan terbatas, yang tidak terbatas adalah teknologi dan ide, karena kita tidak pernah tahu kapan ujian ini selesai,” ujarnya.