Dampak Kemarau, Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Kotabaru Merosot

Perkebunan Kelapa Sawit di Kotabaru, Kalimantan Selatan (Antaranews Kalsel.com/doc/imam)

Penulis: Arya Pandora, Editor: Redaksi Sariagri - Selasa, 1 September 2020 | 07:00 WIB

SariAgri -  Pendapatan petani plasma kelapa sawit  di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, beberapa bulan terakhir turun drastis, akibat musim kemarau.

Pengurus Koperasi Unit Desa gajah Mada, Narso di Kota Baru,  ada sejumlah daerah hasil sawit plasmanya minus sudah lebih tiga bulan.

"Memang ada yang minim atau nol, tetapi ada beberapa daerah pemilik lahan atau petani malah berhutang untuk biaya perawatan," kata Narso.

Berkurangnya pendapatan atau minusnya hasil kebun, karena beberapa faktor, di antaranya saat ini terjadi kekosongan buah atau yang biasa disebut "trek", dan kemarau.

Namun trek tahun ini, lanjut Narso, lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya, jika tahun sebelumnya trek atau berkurang kisaran 20-30 persen dari kondisi normal.

Tetapi tahun ini buah sawit terjadi trek hingga 80 persen, dan sisanya sekitar 20 persen saja, itupun kalau ada," tambahnya.

Tingginya presentasi trek, membuat petani plasma yang menjadi binaan KUD Gajah Mada yang jumlahnya sekitar 5.477 anggota sebagian besar lesu karena tidak mendapatkan penghasilan.

Terlebih lahan yang dikelola koperasi Gajah Mada yang berjumlah sekitar 7.100 hektare, terdiri dari tahap I seluas 2.100 hektare dan tahap II sekitar 5.000 hektare itu kini beberapa tahun lagi waktunya replanting, atau penebangan untuk tanam kembali.

Hal tersebut membuat petani semakin pesimis untuk mendapatkan penghasilan dari usaha kebun mereka.

Berita Perkebunan - Baca Juga: Akibat Musim Kemarau, Produksi Kelapa Sawit di Sumsel Turun 60 Persen
Di Tengah Pandemi Covid-19, Harga Sawit Nunukan Membaik

Seorang petani plasma, Ummi Yuni mengaku sedih karena sudah beberapa bulan ini sudah tidak mendapatkan penghasilan.

"Padahal kebuthan hari-hari terus naik, sementara kebun tidak ada hasilnya, nggak tahu gimana ini," kata janda beranak tiga itu.

Baca Juga: Dampak Kemarau, Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Kotabaru Merosot
Lima Komoditi Ekspor Perkebunan Indonesia yang Termasyur di Dunia

Hal yang sama juga dirasakan oleh Abu Bakar, pemilik lahan plasma seluas lima hektare.

Sudah beberapa bulan ini tidak menerima hasil kebun plasma yang dikelola Gajah Mada. Padahal biasa sekolah anak-anaknya semakin tinggi.

Petani asal Lamongan itu kini akan mencoba mencari alternatif lain, agar anak-anaknya bisa tetap sekolah dan keliah meski kebunya kini tidak lagi menghasilkan. (ant)