Indonesia Satu-satunya Negara Miliki 10 Komoditas Perkebunan Diminati Dunia

Ilustrasi perkebunan tebu (Foto: Pixabay)

Penulis: Reza P, Editor: Redaksi Sariagri - Sabtu, 17 Oktober 2020 | 14:00 WIB

SariAgri - Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Andi Muhammad Syakir menjelaskan terkait pentingnya peran inovasi tekonologi pertanian dalam menunjang kedaulatan pangan. Menurutnya di masa pandemi Covid-19 ini, setiap negara pasti tengah mengamankan pasokan pangannya.

"Kita masih bertumpu terhadap sumber pangan khususnya karbohidrat yaitu padi. padi adalah tanaman pengisi karbohidrat yang paling sensitif terhadap kecaman biotik dan abiotik yang paling boros energi, oleh karena itu untuk kita survive mewujudkan kedaulatan pangan maka tidak ada kata lain perlu inovasi teknologi," ujarnya dalam Seminar Nasional PERAGI, Sabtu (17/10).

Andi menyampaikan, di masa krisis akibat pandemi ini, negara-negara maju mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian, namun di Indonesia sendiri mengalami kenaikan PDB sebesar 16,24 persen, selain itu juga terjadi peningkatan produk ekspor di tengah pandemi.

"Yang tadinya kita pesimis masalah kesedian pangan 2020 karena biasanya secara rutin diakhir-akhir terjadi pengurangan produksi akibat faktor iklim, tapi sekarang ini Alhamdulillah kita mampu mewujudkan prediksi peningkatan satu persen lebih dan membuat kita lega, walaupun negara- negara biasa kita mengimpor, tapi kita bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri,” terangnya.

Dikatakan Syakir, bukan hanya sekedar memajukan kedaulatan pangan tetapi yang paling subtansi yaitu kesejahteraan petani. Menurutnya, kesejahteraan itu bisa terwujud apabila adanya produktivitas yang efisien.

"Kita lihat dipadi, potensi kita 9-10 ton per hektar rata-rata nasional kita adalah 5,4 ton per hektar, oleh karena itu mana kala kita bisa 75 persen saja dari potensi genetik dari padi, kita capai maka bisa mencapai target rata-rata 6,75 ton per hektar itu yang membuat kita lega, ini yang ingin dicapai pak menteri pertanian," jelasnya.

Lebih lanjut Syakir menjelaskan, tidak ada negara di luar yang mampu menempatkan 10 komoditasnya bertengger di 10 besar komoditas perkebunan yang diminati pasar global. Syakir menyebutkan, Indonesia berada di posisi pertama pada komoditas sawit, cengkeh, kelapa, posisi
kedua di komoditas karet, lada, ketiga di kakao, pala, keempat di kopi dan lain-lain.

"PR buat kita, impor gandum terjadi linear dan sekarang ini sudah mencapai lebih dari 2 juta ton. Ini perlu di rem, yang bisa me-rem ini adalah peningkatan produksi padi yang efisien dan produktif sehingga menguntungkan buat petani supaya petani bergairah juga mendorong pangan pangan lokal," ungkapnya.

Baca Juga: Indonesia Satu-satunya Negara Miliki 10 Komoditas Perkebunan Diminati Dunia
Indonesia Bertekad Salip Vietnam dalam Poduksi Kopi - Berita Perkebunan

Syakir menambahkan, mana kala Indonesia ingin eksis ke depan perlu menganut bioekonomi berbasis sumber daya. Karena, lanjut dia, sudah dibuktikan pada tiga kali krisis, sektor pertanian berbasis sumber daya tetap bertahan.

"Oleh karena itu swasembada perlu peningkatan diversifikasi pangan, perlu peningkatan industri, nilai tambah dan lain-lain," pungkasnya. (Arif Ferdianto)

Berita Pertanian - Baca Juga: Perkenalkan Sorgum, Tanaman Pangan yang Tahan Terhadap Musim Kemarau
Pakar: Benih dengan Postur Tinggi Cocok untuk Lahan Rawa