Analisis Komoditas: Harga CPO Fluktuatif, Dimainkan Pelaku Pasar

Manfaat Ajaib Kelapa Sawit yang Jarang Diketahui

Penulis: Yoyok, Editor: Redaksi Sariagri - Rabu, 16 Desember 2020 | 10:14 WIB

SariAgri -  Melanjutkan gerakan harga pada pekan pertama Desember 2020, harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) pada pekan kedua Desemeber terlihat fluktuatif, seperti terlihat pada chart Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (Indonesia Commodity and Derivatives Exchange /ICDX). Pada perdagangan Senin (7/12/2020), meski rawan koreksi, tercatat tren kenaikan harga minyak sawit mentah diprediksi masih berlanjut.

“Meskipun begitu, investor perlu berhati-hati lantaran level harga cpo saat ini rawan untuk terkoreksi,” ujar Analis Komoditas dari Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan, Mukhaer Pakkanna kepada Sariagri.id, Rabu (16/12/2020).

Mukhaer kemudian merujuk perdagangan pada awal pekan kedua di Negeri Jiran saat harga CPO mengalami koreksi. Harga minya nabati ini, untuk  kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 12 ringgit Malaysia (RM) atau terkoreksi 0,35 persen dibanding posisi penutupan akhir pekan pertama sebelumnya ke level RM3.425 per ton. “Maklum harga yang sudah melesat tajam memang rawan mengalami koreksi, apalagi jika dibarengi dengan aksi ambil untung para trader,” jelas Rektor itb Ahmad Dahlan itu.

Menurutnya, melesatnya harga CPO pada akhir pekan sebelumnya ke level di atas RM3.400 per ton tidak terlepas dari prospek pasokan yang ketat terutama akibat penurunan produksi minyak sawit di negara produsennya, yaitu Malaysia. 

Pergerakan harga CPO di Bursa Berjangka
Pergerakan harga CPO di Bursa Berjangka

Sementara itu, imbuh Mukhaer, mengonfirmasi survei Reuters memprediksi produksi minyak sawit Malaysia pada November bakal anjlok 10 persen menjadi 1,55 juta ton dan menyentuh level terendah dalam delapan bulan terakhir.  Sementara dari sisi stok, persediaan minyak sawit akan mengalami penurunan sebesar 2 persen dari bulan sebelumnya menjadi 1,54 juta ton. “Penurunan stok juga diakibatkan oleh penurunan produksinya,” jelasnya. 

Kemudian, merujuk pula analis komoditas CPO, Dorab Mistry, produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan mencapai 19,2 juta ton dengan produksi pada Desember 2020 berada di level terendah sebanyak 1,4 juta ton. 

Selanjutnya, pada perdagangan hari berikutnya, Selasa (8/12/2020), harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) Malaysia kembali ditransaksikan bergerak mendaki. Prospek produksi yang mengalami penurunan di akhir tahun membuat harga CPO terangkat.  Sehingga, harga CPO untuk kontrak pengantaran Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange mendaki 0,29 persen dibanding posisi penutupan perdagangan Senin. Harga CPO bertengger pada level  RM3.402 per ton. 

Kemudian, pada perdagangan Rabu (9/12/2020), harga CPO terpental, karena mengikuti turunnya harga minyak kedelai saingannya. Sehingga, harga minyak sawit Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tertekan sebesar 0,77 persen menjadi RM3,366  atau 827,03 dolar AS per ton.

“Tampaknya, harga minyak sawit melemah karena turunnya harga minyak kedelai di CBoT yang terpental sekitar 1,6 persen. Artinya, pengaruh turunnya minyak kedelai lebih menurunkan harga dibandingkan fundamental data dari minyak sawit sendiri. Di mana produksi minyak sawit Desember 2020 turun dan cuaca buruk yang dapat menaikkan harga,” papar Mukhaer.

Kemudian, laporan Reuteres, produksi sawit di Asia Tenggara turun karena curah hujan yang tinggi akibat cuaca La Nina, dan akan berlangsung sampai kuartal pertama pada tahun depan. Laporan The Southern Palm Oil Millers Association mengatakan produksi minyak sawit Malaysia dari 1-5 Desember turun 4,2 persen dari November lalu.

Berita Perkebunan - Baca Juga: Hand Sanitizer Berbahan Kelapa Sawit Bikin Tangan Lebih LembutInovasi Plastik Ramah Lingkungan Dari Limbah kelapa Sawit

Merujuk the Malaysian Palm Oil Board (MPOB) akan mengumumkan data produksi, permintaan dan persediaan pada 10 Desember.  impor minyak sawit Uni Eropa dan Inggris pada 2020/21 mulai 1 Juli sebesar 2,65 juta ton naik 7  persen dari periode sebelumnya.  “Dengan tingginya harga minyak sawit maka banyak negara-negara pengimpor minyak sawit seperti India dan China beralih ke minyak kedelai yang harganya jauh lebih murah, walaupun ongkos kirimnya agak lebih mahal,” jelas Mukhaer.

Pada perdagangan hari keempat, Kamis (10/12/2020), harga CPO kembali lagi turun yang dipicu turunnya ekspor. Sementara menanti laporan ekspor pada Kamis (10/12), dan laporan bulanan persediaan dan permintaan dari MPOB pada Kamis juga. Sehingga, harga minyak sawit untuk kontrak pelepasan Februari 2020 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 10 ringgit atau 0,3 persen menjadi RM3.356 atau level 825,99 dolar AS per ton.

Dilaporkan pula, bahwa harga minyak sawit sempat naik setelah Indonesia mengumumkan biaya restribusi yang progresif. Namun, dengan turunnya harga minyak kedelai maka harga minyak sawit masih ditutup turun. Indonesia mengumumkan biaya restribusi pada pekan pertama sebelumnya. Namun masih memperkirakan ekspor minyak sawit 36 juta ton pada tahun depan.

Cargo surveyor Intertek Testing Services pada minggu lalu mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia dari 1-5 Desember turun 20 persen, sama dengan bulan November dan pasar memperkirakan laporan ekspor dari 1 -10 Desember masih turun.

Selanjutnya, perkiraan Reuters, bahwa produksi minyak sawit November akan turun 10 persen dari bulan lalu menjadi 1,55 juta ton sementara persediaan akan tertekan 2 persen. Menurut Refinitiv Commodities Research, cuaca buruk dan turunnya hasil panen perkebunan sawit akan menurunkan produksi minyak sawit Malaysia menjadi 19,3 juta ton dan Indonesia produksi turun menjadi 47,2 juta ton di 2020/21

“Harga minyak sawit turun karena pengaruh dari pasar minyak nabati yang turun, dan juga turunnya harga minyak mentah. Produksi minyak nabati dunia turun tahun ini karena produksi dari biji-bijian yang dijadikan minyak sedikit. Harga minyak sawit yang tinggi membuat para importir mengalihkan pembeliannya ke minyak kedelai walaupun biaya pengangkutan mahal dan kualitasnya berbeda,” jelas Mukhaer.

Baca Juga: Analisis Komoditas: Harga CPO Fluktuatif, Dimainkan Pelaku Pasar
Kenaikan Tarif Pungutan Ekspor Guna Keberlanjutan Produksi Sawit

Menurut Mukhaer, hingga akhir pekan kedua, Jumat (11/12/2020), harga minyak sawit terdongkrak setelah tiga hari berturut-turut bergeral turun. Ihwal ini dipicu setelah laporan Malaysia Palm Oil Board (MPOB) yang menyatakan bahwa persediaan minyak sawit turun ke jumlah terendah tiga tahun karena turunnya produksi dan ekspor juga turun.

Sehingga, harga CPO untuk kontrak Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange bergerak naik 47 ringgit atau 1,4 persen menjadi 3.405 ringgit (838,67 dola AS) per ton setelah naik 2 persen pada pertengahan pasar.

Analis Komoditas, Mukhaer Pakkanna
Analis Komoditas, Mukhaer Pakkanna