Berita perkebunan - Sebagian besar ke negara Eropa terutama Perancis, Swiss, Amerika dan Australia, dan saat ini mereka terdampak.
SariAgri - Permintaan ekspor kopi asal Garut, Jawa Barat anjlok hingga 70 persen selama masa Covid-19 berlangsung mulai April tahun lalu. Ratusan ton green beans masih teronggok di gudang.
Ketua Paguyuban Koperasi Kopi Sunda Hejo Garut, Hamzah Fauzi Nur Amin mengatakan, penurunan permintaan kopi disebabkan faktor melemahnya ekonomi dunia akibat Covid-19.
"Pangsa pasar kami sebagian besar ke negara Eropa terutama Perancis, Swiss, Amerika dan Australia, dan saat ini mereka terdampak," Hamzah, Senin (11/1).
Menurut Hamzah, penurunan permintaan mulai dirasakan sejak April tahun lalu atau fase awal pandemi Covid-19, mulai memasuki beberapa negara Eropa.
"Saat itu di negara Eropa mulai ada pembatasan, sehingga warganya lebih banyak memilih di rumah," kata dia.
Selain itu, selama pembatasan berlangsung, mereka lebih banyak mempersiapkan persediaan bahan makanan pokok, dibanding bahan makanan pendukung lainnya seperti kopi.
"Mau tidak mau permintaan kopi dari kami juga berkurang," ujar dia.
Padahal sebelum terjadinya pandemi Covid-19, permintaan kopi arabika asal Garut terbilang tinggi.
"Pada saat normal komposisi ekspor dan pasokan untuk dalam negeri kami itu, 55 persen dan 45 persen untuk lokal," ujarnya.
Namun sejak pembatasan di negara tujuan berlangsung, permintaan langsung anjlok. "Saat ini proporsi ekspor itu paling 30 persen dari total kebutuhan mereka saat normal," kata dia.
Hamzah menyebut kondisi itu diperburuk dengan melemahnya serapan kopi lokal dari pelaku usaha kedai kopi dalam negeri, terutama di wilayah Jabodetabek dan kota besar lainnya.
"Coba hitung sudah berapa kali pembatasan terutama di wilayah Jabodetabek," ujar dia.
Dengan kondisi itu, tak mengherankan sekitar ratusan ton green beans arabika siap ekspor asal Garut, masih terparkir di belasan gudang penyimpanan yang tersebar mulai Garut, Bandung hingga Cianjur tersebut.
"Hingga kini kami belum menemukan solusi untuk pengembangan pasar selanjutnya mesti dilempar ke mana," ujarnya.
Saat ini, kata Hamzah, para penjual tengah menghadapi persoalan baru soal serapan gabah kopi petani, seiring semakin dekatnya musim panen baru kopi tahun ini yang diprediksi mulai berlangsung Maret mendatang.
"Dilematis sebab stok masih ada di gudang, ini di rasakan hampir oleh semua pelaku usaha kopi," ujarnya.