Prioritas utama lain adalah peningkatan program Food Estate di Kalteng Sumut, NTT, Maluku, Sumsel dan Papua dan pembentukan sekolah pertanian di 34 provinsi. Selain menargetkan pencapaian 2,5 juta petani milenial, program magang petani/pekebun milenial ke luar negeri, Kementan juga fokus pada program seribu desa gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks).
Dalam mendukung diversifikasi pangan, Mentan meminta jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bersama Dinas dan mitra lainnya agar segera melakukan langkah nyata dalam upaya pengembangan sagu sebagai bahan pokok pengganti beras.
“Tingkatkan terus ekspor komoditas perkebunan 2021 secara kualitas dan kuantitas, tidak hanya untuk kelapa sawit, tetapi juga untuk komoditas strategis lainnya, seperti kopi, kakao, kelapa, karet, kayu manis, lada, dan pala. Buat target-target dan upaya konkritnya secara lebih terukur,” ujar Syahrul Yasin Limpo.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Syahrul meminta program swasembaga gula konsumsi mendapat perhatian serius. Hal itu meliputi peningkatan produktivitas dan produksi tebu, peningkatan kapasitas dan efisiensi pabrik gula (PG) berbasis tebu (gula konsumsi), serta peningkatan penyerapan tenaga kerjanya dan peningkatan pendapatan petani.
Mentan juga mengintruksikan seluruh pengembangan sektor perkebunan diarahkan pada pembangunan industrialisasi, di mana semua target dapat diukur per triwulan.
“Saya minta semua dapat melaksanakan kebijakan dan program pembangunan perkebunan 2021 yang lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern dibanding 2020. Untuk itu Direktorat Jenderal Perkebunan harus meningkatkan kerjasama dan bersinergi dengan Eselon I lainnya, Kementerian dan Lembaga lainnya, Pemerintah Daerah dan mitra lainnya. Semua pihak harus bekerja keras di lapangan, harus mengerti, bisa dan mampu mengeksekusi kebijakan, program dan arahan,” katanya.
Sebelumnya, dalam rapat koordinasi tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Dirjen Perkebunan dan seluruh intansi terkait atas besarnya kontribusi sektor perkebunan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), terlebih selama masa pandemi.
“Tahun 2020, sektor perkebunan memberikan kontribusi yang positif untuk pertumbuhan dan pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19,” ujar Syahrul.
Berdasarkan data BPS, ekspor pertanian bulan Januari hingga November 2020 sebesar 399,5 Triliun Rupiah atau naik 12,63% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar 349,1 triliun rupiah.
Dari nilai ekspor tersebut kontribusi perkebunan mencapai 90,9% atau 363,2 triliun rupiah dan ini sekaligus menjadi kontributor penting dalam mencapai target gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks). Ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada Januari-Nopember tersebut paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao dan kopi.