BPDPKS Ajak UMKM Manfaatkan Minyak Sawit Sebagai Bahan Industri Batik

Ilustrasi - Kegiatan membatik (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Senin, 22 Maret 2021 | 19:50 WIB

SariAgri - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Kementerian Keuangan (BPDPKS Kemenkeu) melakukan kegiatan sosialisasi pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan industri batik. Kegiatan ini sebagai upaya mendorong pemanfaatan hasil riset khususnya dalam pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan industri, khususnya industri batik.

Melalui sosialisasi produk formulasi lilin batik kepada para pelaku industri batik di sentra-sentra batik di Indonesia, khususnya di Semarang diharapkan produk riset baru ini dapat diterima pasar.

Hasil riset yang digunakan pada malam batik ini adalah produk turunan sawit. Produk itu diberinama Bio-Paraffin Substitute (Bio-Pas), menggantikan parafin yang biasa digunakan pada malam batik.
Dengan diterimanya produk itu di pasaran doharapkan akan terjadi penciptaan konsumen baru bagi minyak sawit pada sektor yang belum tersentuh sehingga meningkatkan konsumsi minyak sawit.

Selain itu membuka peluang penciptaan wirausaha baru dan lapangan kerja di bidang industri pembuatan malam batik pada skala pabrikasi, serta semakin dikenalnya produk malam batik berbasis sawit.

Bio-Paraffin Substitute merupakan produk berbasis minyak sawit yang telah dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai pengganti parafin berbasis minyak bumi. Selanjutnya melalui riset dan pengujian bersama BBPT dan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) diformulasi menjadi malam batik.

Produk malam batik dengan menggunakan Bio-PAS pada proses pembatikan mampu menjadi perintang warna yang bagus, tidak terdapat rembesan warna masuk (di tapak canting). Hasil pewarnaan yang dihasilkan tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis.

Penggantian parafin berbasis minyak bumi (petroleum) dengan bahan bersumber dari produk terbarukan sangat penting, mengingat keberlangsungan produksi batik membutuhkan penyediaan sumber daya yang lestari serta sebisa mungkin terbarukan dan lokal.

Pemakaian bahan dari sumber daya tidak terbarukan dapat mengancam keberlanjutan warisan budaya itu. Karenanya parafin dari sumber minyak bumi perlu dicari penggantinya dari sumber daya lain yang berkelanjutan dan berasal dari dalam negeri karena dipastikan ketergantungan Indonesia terhadap impor untuk pemenuhan minyak bumi akan membesar, bahkan sangat mungkin harus memenuhi total kebutuhannya melalui impor kurang dari 15 tahun mendatang.

Salah satu potensi yang dapat menjadi sumber bahan pengganti parafin minyak bumi adalah minyak sawit. Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar dunia dengan produksi lebih dari 50 juta ton per tahun (2019). Minyak sawit memiliki fraksi padat stearin yang saat ini umumnya dipisahkan dalam industri refinery-fraksinasi yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku produk pengganti parafin.

Namun lemak padat sawit masih memerlukan berbagai tahapan proses modifikasi struktur molekulnya untuk dapat kompatibel dengan komponen-komponen penyusun formula malam batik lainnya sehingga diperoleh karakteristik formula malam batik yang tepat.

Baca Juga: BPDPKS Ajak UMKM Manfaatkan Minyak Sawit Sebagai Bahan Industri Batik
LIPI: Indonesia Harus Bangun Kilang Green Fuel Olah Minyak Sawit

Keberhasilan formulasi itu akan memberi peluang bagi kemandirian dan jaminan penyediaan bahan bagi industri ini secara jangka panjang berbasis bahan terbarukan yang tersedia di dalam negeri. Salah satu keunggulan produk ini tidak hanya menggantikan parafin basis minyak bumi tapi juga bisa mengurangi beberpa komponen dalam pembuatan malam yang diharapkan bisa mengurangi harga malam batik.

Kegiatan sosialisasi diikuti 40 peserta dari berbagai UKM dan atau kelompok batik tidak hanya di Semarang tetapi juga daerah lain di di Jawa Tengah seperti Salatiga, Pekalongan, Rembang, Kudus, Grobogan, Pati, Temanggung, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Acara ini dibuka Direktur Pusat Teknologi Agroindustri-BPPT Arief Arianto.