Babel Siap Budi daya Tanaman Sagu

Doni Monardo Tinjau Pabrik Sagu. (Sariagri/Doni)

Editor: M Kautsar - Selasa, 23 Maret 2021 | 13:20 WIB

SariAgri - Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap tepung gandum membuat negara ini harus mengimpor terigu untuk kebutuhan penuhi kebutuhan masyarakat dalam membuat kue, mie, dan pangan.

Dapat dibayangkan, jika impor tersebut dihentikan dan diganti dengan sagu yang merupakan produk lokal maka Indonesia bisa menghemat impor terigu sebesar Rp13 triliun per tahun. Tanaman ini juga bisa menjadi alternatif pangan nasional.

Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Letjen TNI Doni Monardo menyampaikan masukan tentang pemanfaatan lahan reklamasi wilayah bekas tambang timah untuk dijadikan program pengembangan tanaman sagu dari Babel.

"Mudah-mudahan reklamasi wilayah bekas tambang timah bisa dilakukan dengan program tanaman sagu," kata Doni.

Doni mengatakan untuk menjaga Babel agar tidak mengalami kekeringan ketika musim kemarau dan juga musim hujan tidak kebanjiran karena akan lebih baik jika dilakukan antisipasi dengan penanaman pohon sehingga masukan ini harus segera dilakukan.

"Pak Gubernur dapat membuat Peraturan Gubernur yang kemudian ditingkatkan menjadi peraturan daerah tentang penanaman sagu, termasuk manajemen tanaman sagu," ungkapnya.

“Tidak menutup kemungkinan, Babel bisa dibranding menjadi daerah penghasil sagu seratus persen sagu yang tidak menggunakan bahan kimia," tambahnya.

Bak gayung bersambut, Gubernur Babel, Erzaldi Rosman mengajak lebih membuka hati dan mata guna mengembalikan pemikiran masyarakat bahwa nusantara terdahulu mengkonsumsi sagu.

Erzaldi mengatakan sebenarnya Babel telah melakukan penelitian untuk mengelola beberapa lahan bekas tambang yang masih memiliki kolong-kolong untuk dicoba ditanam tamanan sagu.

Dia mengakui, sagu sangat luar biasa untuk ketahanan pangan, mudah ditanam, dan mengelolanya. Sagu juga menjadi tanaman yang kaya manfaat guna membantu pemulihan risiko gagal ginjal, baik juga bagi penderita diabetes, dan penyakit lainnya yang mengharuskan untuk mengganti beras.

"Bayangkan saja, satu kali menanam, sagu segera beranak pinak, usia panen memang cukup lama yaitu delapan tahun, tetapi satu pohon sagu bisa menghasilkan 200 kilogram tepung sagu," jelasnya.

"Betapa kayanya Indonesia, bangga menggunakan produk pangan Indonesia," kata dia.