Berita Perkebunan: Bubur kopi bukan hanya gangguan yang harus dibuang namun bisa digunakan untuk penghijauan kembali area gersang di bumi.
SariAgri - Selama ini kita tak menyadari bahwa ampas kopi menjadi limbah dalam jumlah yang luar biasa. Bahkan, setiap pon kopi panggang yang kita nikmati, jumlahnya setara dengan bubur kopi yang dibuang ke tempat pembuangan sampah besar di seluruh dunia.
Itu artinya, sekitar 10 juta ton ampas kopi dibuang ke lingkungan setiap tahun. Jika pembuangan dilakukan dengan cara yang tidak benar, limbah tersebut dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanah dan sumber air.
Namun, sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal British Ecological Society, Ecological Solutions and Evidence menemukan bahwa bubur kopi bukan hanya gangguan yang harus dibuang. Materi ini dapat memberikan dampak yang sangat positif dalam penghijauan kembali area gersang di bumi.
Pada 2018, para peneliti dari ETH-Zurich dan University of Hawaii menebarkan 30 dump truck pulp kopi di sekitar 100' x 130' area lahan terdegradasi di Kosta Rika. Percobaan berlangsung di bekas perkebunan kopi yang mengalami deforestasi pesat pada 1950-an.
Bubur kopi tersebar setebal tiga kaki di seluruh area. Sebidang tanah lain di dekat tempat pembuangan ampas kopi dibiarkan sebagai kontrol percobaan.
"Hasilnya dramatis. Area yang diolah dengan lapisan tebal bubur kopi berubah menjadi hutan kecil hanya dalam dua tahun, sementara plot kontrol tetap didominasi oleh rumput padang rumput nonasli," kata penulis utama studi tersebut, Dr Rebecca Cole, seperti dikutip sejumlah media, Kamis (1/4).
Hanya dalam dua tahun, area yang diolah dengan bubur kopi memiliki tutupan tajuk 80 persen, dibandingkan dengan hanya 20 persen dari area kontrol.
Jadi, area pengolahan bubur kopi tumbuh empat kali lebih cepat. Seperti sentakan kafein, cara ini mampu menghidupkan kembali aktivitas biologis di area tersebut.
Area perawatan kopi juga menghilangkan spesies rumput invasif yang mengambil alih lahan dan mencegah suksesi hutan. Penghapusannya memungkinkan spesies asli lainnya untuk mengambil alih dan mengkolonisasi kembali daerah tersebut.
Studi kasus ini menunjukkan bahwa produk sampingan pertanian dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan hutan di lahan tropis yang terdegradasi.
"Dalam situasi di mana pemrosesan produk sampingan ini menimbulkan biaya bagi industri pertanian, menggunakannya untuk restorasi guna memenuhi tujuan reboisasi global dapat mewakili skenario menang-menang," kata Cole.
Jika hasilnya dapat diulang, ini adalah solusi yang sama-sama menguntungkan bagi peminum kopi dan lingkungan.
Para peneliti percaya bahwa perawatan kopi dapat menjadi cara yang hemat biaya untuk menghutankan kembali lahan terdegradasi. Mereka juga dapat bekerja untuk membalikkan efek perubahan iklim dengan mendukung pertumbuhan hutan di seluruh dunia.