Alasan Kenapa Sagu Cocok Ditanam di Food Estate, Pakar: Tidak Merusak

Seorang warga di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Kepulauan Riau, menyiapkan bibit sagu yang hendak ditanam di lahan perkebunan (Antara/HO-BRG)

Editor: Reza P - Selasa, 25 Mei 2021 | 21:00 WIB

SariAgri - Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB University Prof Hasjim Bintoro menyarankan agar tanaman sagu menjadi tanaman di food estate dalam rangka pemenuhan pangan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

"Sagu itu berbeda, tidak merusak vegetasi. Karena kita dapat bahan makanan dari pohonnya, tanpa harus merusak hutan. Jangan sampai kita nanti baru menyadari bahwa sagu ini dapat menyelamatkan kita, dan ternyata sudah habis karena perusakan hutan," kata Hasjim dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (25/5).

Food Estate merupakan suatu program jangka panjang pemerintahan Indonesia untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri.

Hasjim menuturkan pembangunan food estate memerlukan masukan-masukan dari para ahli agar kebijakan dan langkah yang diambil tidak merugikan baik untuk manusia maupun ekosistem.

Oleh sebab itu, menurut Hasjim, tanaman yang dilibatkan dalam program food estate juga harus berdasarkan riset yang mengarah kepada keberlanjutan, bukan hanya tujuan keuntungan produktivitas.

Dia mengatakan program food estate perlu menyesuaikan kebijakannya terhadap alam, sehingga kolaborasi antara pemenuhan pangan dan kelestarian lingkungan dapat terwujud.

Menurut dia, sagu menjadi salah satu tanaman yang tepat untuk dikembangkan secara berkelanjutan.

Dia menuturkan sagu memiliki beberapa keunggulan baik secara kegunaan bahan pangan maupun dalam mendukung tercapainya keseimbangan alam.

Uniknya, sagu adalah tanaman yang tidak merepotkan. Ketersediaan sagu di alam cukup untuk dipanen, tidak perlu dipelihara dan tidak perlu juga ditanam.

"Sagu yang masih dalam bentuk pohon, masih aman dari banjir, karena yang dipanen adalah isinya sedangkan batangnya itu kuat. Hal ini akan berbeda dengan tanaman musiman lainnya, yang apabila banjir maka akan menyebabkan gagal panen," tuturnya.

Baca Juga: Alasan Kenapa Sagu Cocok Ditanam di Food Estate, Pakar: Tidak Merusak
Selain Swasembada Gula, Ini Target Utama Mentan di Sektor Perkebunan

Hasjim mengatakan kekurangan dalam pengembangan sagu terletak pada infrastrukturnya. Nilai ekonomis pengolahan sagu untuk dapat memberikan keuntungan dari sisi infrastruktur adalah 40.000 hektar.

"Kita harus terintegrasi, Insya Allah jika itu kita lakukan, maka tidak akan ada lagi wilayah miskin. Hal ini melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam birokrasi sagu," ujarnya.