Imbas Pandemi Covid-19, Petani Kopi di Madina Tinggalkan Lahan

berita perkebunan - Petani kopi Semendo memetik buah kopi semendo yang matang di area perkebunan kopi milik warga Semendo Darat Ulu Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (4/2). (ANTARA/Feny Selly/Koz/ama/13)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 23 Juli 2021 | 20:30 WIB

SariAgri -  Petani kopi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, sangat merasakan dampak pandemi COVID-19, bahkan sebagian di antaranya mulai meninggalkan lahan mereka.

Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Mandailing Jaya, Desa Alahan Kae, Kecamatan Ulu Pungkut, Madina, Andi Hakim Matondang di Panyabungan, selain membuat produksi kopi menjadi anjlok, musim pandemi COVID-19 ini juga telah membuat petani mulai meninggalkan lahan mereka.

"Akibat menurunnya harga jual kopi, para petani saat ini sudah mulai malas mengurus lahan mereka. Bahkan, para petani juga saat ini sudah ada yang mulai meninggalkan lahan mereka. Akibatnya produksi menjadi anjlok," katanya.

Untuk saat ini di Kecamatan Ulu Pungkut sendiri terdapat 900 hektare lahan kopi masyarakat yang tersebar di beberapa desa yang ada di kecamatan itu.

Andi menyebut, akibat menurunnya permintaan pangsa pasar terhadap kopi Mandailing, pihaknya hanya mampu membeli produksi petani dalam bentuk gabah basah dikisaran harga Rp20.000 hingga Rp30.000 per kilogramnya (Kg).

Angka itu mengalami penurunan sekitar Rp5.000 hingga Rp7.000 bila dibandingkan dengan sebelum musim pandemi. Penurunan harga beli kopi ditingkat petani disebabkan oleh menurunnya permintaan pangsa pasar selama pandemi.

Menurut Andi, penyebab menurunnya permintaan tersebut disebabkan oleh pemberlakuan PPKM oleh pemerintah di beberapa daerah yang merupakan pelanggan kopi dari KSU Mandailing Jaya.

"Pangsa pasar kopi kita kan kedai-kedai, cafe-cafe, namun di beberapa daerah terkena pemberlakuan PPKM banyak kedai-kedai atau cafe yang tutup, padahal ini merupakan salah satu pangsa pasar kita," sebut Andi.

Baca Juga: Imbas Pandemi Covid-19, Petani Kopi di Madina Tinggalkan Lahan
Kopi Solok Radjo Jadi Simbol Petani Kopi Lembah Gumanti Naik Kelas

Dia menyebutkan, sebelum pandemi KSU Mandailing Jaya masih mengirimkan produk keluar daerah mencapai 900 kg per dua minggunya, namun selama pandemi ini hanya mencapai 300 kg saja.

Selain koperasi, minat perusahaan penggiat kopi di wilayah itu juga mengalami penurunan. Kata Andi sebelum musim pandemi masih banyak perusahaan-perusahaan kopi di wilayah itu yang mau menampung hasil kopi dari para petani. Namun, saat ini para petani dan hanya menjualnya kepada para pengumpul yang ada di kawasan itu.