Pohon Lada Menumpang di Kebun Kopi, Petani di Lampung Hasilkan Rp20 Juta Sekali Panen

Petani lada di Kabupaten Lampung Barat. (Foto: Sariagri/Iwan K)

Editor: M Kautsar - Jumat, 24 September 2021 | 13:40 WIB

Sariagri - Guna menambah penghasilan dari kebunnya, masyarakat di Desa Ujung Rembun, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat sejak 10 tahun yang lalu, mulai mengembangkan tumpang sari tanaman lada hitam atau biasa disebut merica dengan batang pohon hujan di areal perkebunan kopi.

Mulai maraknya tumpang sari lada di perkebunan kopi, sebab menurut warga di sana yang rata-rata petani kopi, harga jual lada kering lumayan mahal, yang tentunya sangat menguntungkan para pembudidayanya. 

Harga jual lada hitam pada tahun 2021 di wilayah desa mereka kini menembus angka Rp50 ribu per kilogam. 

Menurut Samuji, salah satu petani tumpang sari lada dan kopi, warga Dusun Mekar Jaya, ia sudah bertani kopi dengan sistem tumpang sari lada sejak 10 tahun lalu. 

Pada lahan kebun kopi seluas sekitar satu hektar miliknya, ia bisa menanam sebanyak 400 batang lada dan bisa menghasilkan 300-400 kilogram sekali panen, dan ia bisa mendapat sekitar Rp15-20 juta sekali panen. 

“Saya sudah tujuh kali panen, karena pada tahun ketiga sudah mulai bisa dipanen,” ungkapnya pada Kamis (23/9).

Baca Juga: Pohon Lada Menumpang di Kebun Kopi, Petani di Lampung Hasilkan Rp20 Juta Sekali Panen
Petani Lada di Bangka Belitung Diminta Lebih Produktif

Menurut Samuji komoditas lada cocok ditanam di wilayahnya, yang berada pada ketinggian lebih kurang 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan yang cukup, sehingga lada bisa tumbuh subur. 

Perawatan tanaman lada juga menurut petani mudah-mudah gampang. Mereka harus bisa melawan musuh utama pohon lada, yakni hama penggerek batang, pengisap bunga, dan pengisap buah. 

Sedangkan penyakit utama pohon lada adalah penyakit kuning, busuk pangkal batang, hingga penyakit keriting dan kerdil.