Inovasi Balitbangtan Tingkatkan Produksi dan Daya Saing Lada Lampung

Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis yang tengah fokus dikembangkan pemerintah melalui peningkatan produksi dan daya saing.(Kementan)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 30 Maret 2021 | 16:50 WIB

SariAgri - Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis yang tengah fokus dikembangkan pemerintah melalui peningkatan produksi dan daya saing. Dari peningkatan itu nantinya diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta menggenjot ekspor pertanian Indonesia.

Lampung merupakan sentra penghasil lada hitam didunia yang terkenal dengan 'Lampung Black Pepper', namun produktivitasnya masih rendah sekitar 500 kg/ha.

Rendahnya produktivitas lada disebabkannya kurangnya pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pengelolaan tiang panjat, irigasi kebun serta akibat berkembangnya penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan serangan hama penggerek batang.

Selain itu juga karena pengelolaan budidaya di perkebunan lada yang belum terpadu dimulai dari teknologi pemupukan. Karena itu di wilayah ini akan diaplikasikan teknologi pemupukan yang sebelumnya telah diterapkan di Kebun Sukamulya, Sukabumi.

Teknologi itu adalah manajemen pemupukan dengan menggunakan aplikasi fertigasi robotik yang dapat mengelola hara dan air secara akurat dan mampu meningkatkan pertumbuhan lada menjadi lebih baik.

Untuk mengatasi itu, Balitbangtan berencana melakukan serangkaian kegiatan Pendampingan Teknologi, Peningkatan Nilai Tambah, Pembuatan Demplot dan Pengembangan Kawasan Berbasis Korporasi.

Pendampingan teknologi meliputi perbenihan, pembangunan kebun induk, budidaya yang sesuai Good Agricultural Practices (GAP), dan pengelolaan pascapanen serta diversifikasi produk.

“Pembuatan demplot sesuai GAP dilakukan dengan membangun kebun sumber benih, kebun induk dan rehabilitasi atau intensifikasi kebun eksisting,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perkebunan, Syafaruddin.

Syafaruddin mengatakan pengembangan kawasan berbasis korporasi bertujuan memperkuat konsolidasi petani dalam kelembagaan usaha ekonomi modern, dan meningkatkan aksesibilitas petani terhadap permodalan.

“Selain itu juga dapat meningkatkan konektivitas kemitraan dengan industri pengolahan dan perdagangan modern, serta mendorong modernisasi pertanian dan integrasi dengan fasilitas atau infrasruktur publik.” jelasnya.

Dia mengatakan kegiatan tersebut akan dilaksanakan mulai tahun 2021. Rencananya lokasi pengembangan perkebunan lada berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Timur dan Way Kanan.

Syafaruddin menambahkan masalah lain dalam budidaya lada di Lampung adalah serangan penyakit busuk pangkal batang. Menurut dia, hal ini dapat dikendalikan dengan agens hayati.

“Seperti yang pernah di uji coba pada kebun lada yang terserang di Bangka Belitung. Penggunaan agens hayati ini dapat menurunkan serangan penyakit hingga 30%.” terangnya.

Dia menambahkan pola integrasi perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga lada. Petani dianjurkan menyertakan kegiatan lainnya seperti integrasi dengan ternak, tumpangsari lada dengan kopi atau tanaman lainnya.

“Integrasi lada dengan ternak dan penanaman penutup tanah seperti arachis pintoi sangat dianjurkan untuk mendukung budidaya lada yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta menambah pendapatan petani.” urai Syafaruddin.

Selain itu penggunaan tanaman penutup tanah akan mengurangi terjadinya serangan hama dan penyakit.

Masalah yang sering dikeluhkan importir rempah Eropa terhadap produk lada Indonesia yaitu tingginya kadar kotoran dan kontaminasi mikroorganisme sehingga diperlukan perbaikan cara pengolahan lada hitam di tingkat petani.

“Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan cara pengolahan dengan merancang alat perontok lada, pengering dan blansir,” katanya. 

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyambut baik rencana kegiatan dari Puslitbang Perkebunan terkait lada.

“Saya sangat konsen dalam membangkitkan lada. Kita harus bangkit soal lada. Sejarah menunjukkan bahwa penghasil lada di Indonesia adalah Lampung dan Bangka Belitung, bahkan berkontribusi untuk lada dunia. Untuk itu, mari bangkit dan kerjasama,” kata Gubernur Lampung.

Arinal menilai rencana Puslitbang Perkebunan yang akan melakukan kegiatan terkait Lada di Provinsi Lampung sangat tepat. Hal ini mengingat Lampung telah ditetapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai lumbung pertanian.

"Kemudian, Presiden telah menyampaikan bahwa Lampung untuk dapat menjaga DKI Jakarta, jangan sampai kebutuhan Jakarta terganggu akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Dan beliau tahu bahwa kebutuhan hasil pertanian Jakarta 40 persen berasal dari Lampung,” jelasnya.

Gubernur Lampung menambahkan penghasil lada di Lampung berada di wilayah Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Lampung Timur. Ke depan, dia menginginkan Puslitbang Perkebunan, Balitbangda Lampung, BPTP dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) berkolaborasi dan bekerja sama sehingga lada Lampung dapat semakin bangkit dan berjaya.

Baca Juga: Inovasi Balitbangtan Tingkatkan Produksi dan Daya Saing Lada Lampung
Mengenal Merica Aleppo Serta Manfaat Kesehatannya

Sementara, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan dalam pengembangan komoditas rempah, komponen pertama adalah benih. Untuk mendukung itu, Balitbangtan telah menyiapkan benih sumber varietas unggul baru perkebunan.

“Kita akan remajakan seluruh tanaman rempah tersebut dan meyakinkan serta melatih petani untuk memakai bibit varietas baru dari Litbang seperti lada natar 1, lada natar 2, pertaling, juga komoditas pala, purwaceng, jahe, semua benihnya sudah ada dan disiapkan,” tegas Fadjry.